Senin, 27 Oktober 2014

7 bulan untuk 5 bulan

Ingat tentang mimpi Raja Mesir zaman Nabi Yusuf a.s ? mari kita buka kembali kisah tersebut. Pada suatu hari, sang raja bermimpi dalam tidurnya. Dalam mimpinya raja melihat dirinya berdiri di tepi sungai Nil. Air sungail Nil surut di depanya hal yang tidak pernah terpikirkan. Bahkan air sungai tersebut sekan tersedot ke dalam perut bumi hingga kering kerontang sehingga sungai itu menjadi lubang besar dan panjang tanpa air. Seketika ikan-ikan berloncatan dan tersembunyi dalam tanah sungai. Kemudian munculah dari sungai yang kosong air itu tujuh ekor sapi yang gemuk dan muncul juga juga tujuh sapi yang kurus. Tujuh sapi yang kurus itu kemudian menyerang tujuh sapi yang gemuk. Sapi sapi yang kurus itu berubah menjadi binatang-binatang buas yang melahap sapi-sapi yang gemuk. Dalam mimpinya itu raja berdiri dan menyaksikan pemandangan yang mengerikan dan menakutkan itu. Ia menyaksikan teriakan-teriakan sapi sapi yang gemuk itu saat dimakan oleh para sapi kurus.
Kemudian di atas tepi sungail nil muncul tujuh tangkai hijau dan tujuh tangkai hijau itu tenggelam dalam tanah. Dan munculah di tanah yang sama tu tujuh tangkai yang kering.  Sang raja bangun dari tidurnya dengan diselimuti rasa ketakutan yang amat sangat. Kemudian dikumpulkannya para dukun dan ahli tafsir mimpi serta para peramal dan juga tidak ketinggalan para menterinya. Dan sang raja menitahkan untuk untuk menafsirkan mimpinya. Seorang peramal mengatakan  bahwa mimpinya cukup aneh, bagaimana sapi sapi kurus dapat memakan sapi yang gemuk? Peramal itu mengira bahwa mimpi sang raja hanyalah kembang mimpi biasa yang tiada arti. Ahli tafsir mimpi, dan dukun dan para menteri serta orang-orang disekitar raja pun berpendapat sama, bahwa mimpi sang raja tidak ada arti khusus dan tidak perlu dikuatirkan.Kemudian sampailah mimpi sang raja kepada nabi Yusuf dan beliau mampu menafsirkan apa mimpi raja.
Inti dari kisah nabi Yusuf a.s dalam menafsirkan mimpi sang raja adalah bagaimana menyikapi 7 tahun yang penuh dengan kemakmuran, stabilitas ekonomi, keamanan, dan semua kehidupan masyarakat yang terpenuhi kebutuhannya, untuk menghadapi 7 tahun masa sulit yang akan mendatangkan berbagai keburukan dalam kehidupan bermasyarakat, paceklik, tanaman puso krn tidak ada air, dan sebagainya. Yang kemudian oleh nabi Yusuf a.s, memberikan arahan kepada sang raja untuk menyiapkan berbagai kebutuhan untuk menghadapi 7 tahun masa sulit dengan membangun tempat-tempat penyimpanan bahan makanan (kalau di Negara kita semacam bulog). Dan benar adanya setelah 7 tahun masa berlimpah berbagai kenikmatan, datang kemudian 7 tahun masa sulit dengan berbagai kesulita, namun demikian karena sudah di persiapkan oleh sang raja maka 7 tahun masa sulit itu dapat dilewati dengan aman, mudah dan semua dapat dikendalikan dengan baik. 
Sepenggal kisah Nabi Yusuf a.s tersebut sebenarnya dapat menyadarkan kita dalam menghadapi pergantian musim di Negara kita. Dua musim yang kita hadapi selalu saja menimbulkan masalah. Kita akan berhadapan dengan banjir yang sangat merepotkan karena hujan yang turun dengan intensitas yang tinggi, dan kita akan menghadapi kekeringan (kekurangan air) ketika menghadapi musim kemarau/panas. Namun demikian pernahkah kita berfikir atau berbuat untuk bagaimana menghadapi dua musim yang berbeda tersebut? Berlimpahnya air di musim penghujan dapat dimanfaatkan di musim kemarau dan tidak menimbulkan banjir? Mari kita semua merenung dan berfikir sejenak.
Pentingnya sumur resapan untuk siklus hidrologi
Air merupakan salah satu sumberdaya yang pokok bagi kehidupan manusia, dimanapun berada, terlebih bagi bangsa Indonesia yang mempunyai laju pertumbuhan penduduk yang tinggi. Kebutuhan akan air tak terlepas dari kebutuhan yang lainnya, seperti kebutuhan akan tempat tinggal, sedangkan untuk mendapatkan tempat tinggal tidak sedikit atau kalau boleh dibilang hampir semua harus membuka lahan-lahan yang berupa lahan peresapan air alami, seperti perkebunan, ladang, tanah persawahan bahkan hutan. Dampak yang ditimbulkan antara lain terganggunya siklus hidrologi di wilayah tersebut karena berkurangnya area resapan air, tanam-tanaman yang dapat membantu meresapnya air ke dalam tanah dan penghasil oksigen bagi kebutuhan kita semua pun juga ikut dirusak.
Terjadinya siklus hidrologi secara alami sangat kecil kemungkinan merusak keteraturan alam yang sudah berjalan. Namun apabila tangan manusia mulai ikut campur maka siklus yang terjadi akan terganggu, maka juga akan berakibat mengganggu keberlangsungan siklus tersebut. Contoh kasus misalnya dibangunnya areal permukiman di atas lahan yang cukup luas yang sebelumnya merupakan area peresapan alami, pembangunan infrastruktur transportasi, contoh di Jawa Tengah dibangunnya Jalan Lingkar Selatan Salatiga, Jalan Lingkar Ambarawa, jalan tol Semarang – Solo, dan lain sebagainya. Akibat pembangunan di atas lahan ini akan mengurangi areal peresapan air hujan ke dalam tanah. Sementara pengambilan air tanah berlangsung terus dengan intensitas yang semakin besar dari waktu ke waktu sehingga akan terjadi penurunan timbunan air tanah.
 Air tanah merupakan sumber air bersih untuk keperluan manusia maupun hewan, juga tumbuh-tumbuhan. Air tanah terdapat pada formasi geologi yang lolos air (permeable) di atas lapisan kedap air (impermeable) atau di antara dua lapisan kedap air.
Pengambilan air yang dilakukan untuk kebutuhan kita sehari-hari dan juga untuk kebutuhan industri jauh lebih besar dari pada air yang berinfiltrasi menjadi air tanah karena sulitnya air hujan masuk ke dalam bumi. Infiltrasi sulit karena permukaan tanah yang ada di atasnya sudah ditutup oleh bangunan pemukiman, jalan raya, dan juga pabrik-pabrik berskala besar. Untuk itu pada areal pemukiman, pabrik, dan juga infra struktur yang demikian ini sudah seharusnya dibuatkan sumur-sumur resapan atau embung sebagai pengganti area resapan air yang dihilangkan.
Terjadinya deforestasi di Indonesia juga merupakan penyumbang yang cukup besar bagi kerusakan lingkungan dan menyusutnya persediaan air tanah. Mari kita lihat bersama, di Salatiga terdapat mata air kalitaman yang saat ini debitnya sudah menurun, di Kab. Semarang ada mata air Senjoyo yang menjadi andalan PDAM dan juga pertanian pun mangalami penurunan debit air, tentu saja ini semua disebabkan tidak hanya karena kebutuhan semakin besar tapi karena adanya berbagai macam perusakan lingkungan yang terjadi.
Terganggunya kesimbangan air tanah ini tidak hanya di alami oleh kawasan yang jauh dari laut saja, bahkan di kawasan pantai justru sangat riskan terjadi, pengambilan air tanah yang tanpa memperhitungkan besaran kebutuhan akan berakibat terjadinya intrusi air laut. Faktor penyebab timbulnya intrusi ini tidak lain adalah tidak adanya keseimbangan antara yang diambil dari aqifer (sumber air) dengan air yang masuk.  
Kita semua tahu bahwa kebutuhan akan air tidak akan pernah berkurang bahkan cenderung meningkat, bahkan pada saat musim kemarau kebutuhan akan air menjadi lebih besar dibandingkan apabila musim penghujan, sedangkan ketersedian air ketika musim kemarau justru menipis bahkan di kawasan tertentu  habis.
Bagaimana memanfaatkan berlimpahnya air pada saat musim penghujan, serta mengurangi datangnya banjir karena berlimpahnya air hujan yang tak terbendung, dan mengatasi kekeringan yang terkadang mencapai pada status krisis air pada musim kemarau?
Jawabnya adalah pembuatan sumur-sumur resapan dan juga embung. Sumur resapan disamping merupakan salah satu alternatif untuk mempertahankan tinggi muka air tanah. Juga dapat mengurangi resiko banjir pada saat musim penghujan. Kita ambil contoh banjir yang sering terjadi di Jrakah Semarang, banjir ini terjadi karena volume air yang turun dari kawasan  di atasnya, misalnya jalan Siliwangi dan beberapa daerah sekitarnya sangat besar, karena di kawasan ini sudah dibangun area perumahan dan pertokoan dan merupakan kawanan bisnis yang cukup ramai, sehingga terjadi penurunan area resapan air yang begitu besar. Tingginya curah hujan dan minimnya area resapan berdampak pada mengalirnya air ke kawasan yang lebih rendah, dan tentu saja banjir tidak bisa di elakan lagi. Semestinya kita semua menyadari betapa pentingnya ketersediaan air tanah, kawasan yang bebas banjir sebagaimana pentingnya kita memiliki rumah yang aman, nyaman dan bebas dari banjir.
Seandainya kita semua menyadari pentingnya ketersediaan air tanah, pentingnya masyarakat kita terbebas dari bajir dan kekurangan air bersih pada saat musim kemarau, maka kita tidak akan segan untuk membuat satu sumur resapan di sekitar rumah kita. Begitu juga pengembang perumahan, setiap satu atau dua unit rumah dibangun maka dibuat juga satu sumur resapan, setiap satu kawasan perumahan di bangun maka disediakan juga satu buah embung untuk menampung air yang seharusnya meresap ke dalam tanah dan mencegah agar tidak mengalir tanpa kendali kekawasan yang lebih rendah sehingga tercegah banjir bandang. Apalagi kawasan yang mempunyai pemukiman yang cukup padat dan di daerah pantai. Sementara itu pembuatan sumur resapan pada daerah pantai bertujuan agar batas permukaan air tanah akan tertahan dan intrusi air laut tidak terjadi. Di daerah pantai, sumur resapan bisa dibuat memanjang sejajar dengan garis pantai dan ini merupakan benteng penahan intrusi air laut.
Bagaimana cara membuat sumur resapan? Tentu saja sangat mudah, sederhana saja, dari beberapa literatur dan internet banyak tersedia gambar dan cara membuat sumur resapan, berikut adalah salah satu contoh sumur resapan yang kami dapatkan dari internet (padeblog.com)
Pengalaman kami justru jauh lebih sederhana dalam membuat sumur (baca lubang) resapan air hujan, yaitu dengan cara membuat lubang dengan kedalaman satu setengah meter, lebar satu meter dengan panjang dua setengah meter, dengan hanya kami beri batu dilantai dasarnya.lubang tersebut kami peruntukan menampung air hujan yang kami lairkan dari genting melalui talang air.  Apa yang yang kami dapatkan dari pembuatan resapan sesederhana itu? Kami sekeluarga tinggal di daerah yang bila musim kemarau datang, air sedikit sulit kami dapatkan, terlebih bila kemarau cukup panjang. Tiga tahun terakhir ini setelah saya membuat “lubang” resapan, persedian air sumur saya cukup membuat kami sekeluarga tenang.

Mari, kita beri bumi yang kita pijak air segar yang dibutuhkannya, agar bumi akan terus bersahabat dangan manusia, dan hentikan hanya memberi bumi “tinja” dari sia-sia makan dan minum kita. Sudah sepatutnya kita semua menjadi sahabat bumi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar