Ingat tentang mimpi Raja Mesir zaman Nabi Yusuf a.s ?
mari kita buka kembali kisah tersebut. Pada suatu hari, sang raja bermimpi dalam
tidurnya. Dalam mimpinya raja melihat dirinya berdiri di tepi sungai Nil. Air
sungail Nil surut di depanya hal yang tidak pernah terpikirkan. Bahkan air
sungai tersebut sekan tersedot ke dalam perut bumi hingga kering kerontang sehingga
sungai itu menjadi lubang besar dan panjang tanpa air. Seketika ikan-ikan berloncatan
dan tersembunyi dalam tanah sungai. Kemudian munculah dari sungai yang kosong
air itu tujuh ekor sapi yang gemuk dan muncul juga juga tujuh sapi yang kurus. Tujuh
sapi yang kurus itu kemudian menyerang tujuh sapi yang gemuk. Sapi sapi yang
kurus itu berubah menjadi binatang-binatang buas yang melahap sapi-sapi yang
gemuk. Dalam mimpinya itu raja berdiri dan menyaksikan pemandangan yang
mengerikan dan menakutkan itu. Ia menyaksikan teriakan-teriakan sapi sapi yang
gemuk itu saat dimakan oleh para sapi kurus.
Kemudian di atas tepi sungail nil muncul tujuh tangkai
hijau dan tujuh tangkai hijau itu tenggelam dalam tanah. Dan munculah di tanah
yang sama tu tujuh tangkai yang kering. Sang raja bangun dari tidurnya
dengan diselimuti rasa ketakutan yang amat sangat. Kemudian dikumpulkannya
para dukun dan ahli tafsir mimpi serta para peramal dan juga tidak ketinggalan para
menterinya. Dan sang raja menitahkan untuk untuk menafsirkan mimpinya. Seorang
peramal mengatakan bahwa mimpinya cukup aneh, bagaimana sapi sapi kurus dapat
memakan sapi yang gemuk? Peramal itu mengira bahwa mimpi sang raja hanyalah
kembang mimpi biasa yang tiada arti. Ahli tafsir mimpi, dan dukun dan para
menteri serta orang-orang disekitar raja pun berpendapat sama, bahwa mimpi sang
raja tidak ada arti khusus dan tidak perlu dikuatirkan.Kemudian sampailah mimpi
sang raja kepada nabi Yusuf dan beliau mampu menafsirkan apa mimpi raja.
Inti dari kisah nabi Yusuf a.s dalam menafsirkan mimpi
sang raja adalah bagaimana menyikapi 7 tahun yang penuh dengan kemakmuran,
stabilitas ekonomi, keamanan, dan semua kehidupan masyarakat yang terpenuhi
kebutuhannya, untuk menghadapi 7 tahun masa sulit yang akan mendatangkan
berbagai keburukan dalam kehidupan bermasyarakat, paceklik, tanaman puso krn
tidak ada air, dan sebagainya. Yang kemudian oleh nabi Yusuf a.s, memberikan
arahan kepada sang raja untuk menyiapkan berbagai kebutuhan untuk menghadapi 7
tahun masa sulit dengan membangun tempat-tempat penyimpanan bahan makanan
(kalau di Negara kita semacam bulog). Dan benar adanya setelah 7 tahun masa
berlimpah berbagai kenikmatan, datang kemudian 7 tahun masa sulit dengan
berbagai kesulita, namun demikian karena sudah di persiapkan oleh sang raja
maka 7 tahun masa sulit itu dapat dilewati dengan aman, mudah dan semua dapat
dikendalikan dengan baik.
Sepenggal kisah Nabi Yusuf a.s tersebut sebenarnya dapat
menyadarkan kita dalam menghadapi pergantian musim di Negara kita. Dua musim
yang kita hadapi selalu saja menimbulkan masalah. Kita akan berhadapan dengan
banjir yang sangat merepotkan karena hujan yang turun dengan intensitas yang
tinggi, dan kita akan menghadapi kekeringan (kekurangan air) ketika menghadapi
musim kemarau/panas. Namun demikian pernahkah kita berfikir atau berbuat untuk
bagaimana menghadapi dua musim yang berbeda tersebut? Berlimpahnya air di musim
penghujan dapat dimanfaatkan di musim kemarau dan tidak menimbulkan banjir?
Mari kita semua merenung dan berfikir sejenak.
Pentingnya sumur resapan untuk siklus hidrologi
Air merupakan salah satu sumberdaya yang pokok bagi
kehidupan manusia, dimanapun berada, terlebih bagi bangsa Indonesia yang
mempunyai laju pertumbuhan penduduk yang tinggi. Kebutuhan akan air tak
terlepas dari kebutuhan yang lainnya, seperti kebutuhan akan tempat tinggal, sedangkan
untuk mendapatkan tempat tinggal tidak sedikit atau kalau boleh dibilang hampir
semua harus membuka lahan-lahan yang berupa lahan peresapan air alami, seperti
perkebunan, ladang, tanah persawahan bahkan hutan. Dampak yang ditimbulkan
antara lain terganggunya siklus hidrologi di wilayah tersebut karena
berkurangnya area resapan air, tanam-tanaman yang dapat membantu meresapnya air
ke dalam tanah dan penghasil oksigen bagi kebutuhan kita semua pun juga ikut
dirusak.
Terjadinya siklus hidrologi secara
alami sangat kecil kemungkinan merusak keteraturan alam yang sudah berjalan. Namun
apabila tangan manusia mulai ikut campur maka siklus yang terjadi akan terganggu,
maka juga akan berakibat mengganggu keberlangsungan siklus tersebut. Contoh
kasus misalnya dibangunnya areal permukiman di atas lahan yang cukup luas yang
sebelumnya merupakan area peresapan alami, pembangunan infrastruktur
transportasi, contoh di Jawa Tengah dibangunnya Jalan Lingkar Selatan Salatiga,
Jalan Lingkar Ambarawa, jalan tol Semarang – Solo, dan lain sebagainya. Akibat
pembangunan di atas lahan ini akan mengurangi areal peresapan air hujan ke dalam
tanah. Sementara pengambilan air tanah berlangsung terus dengan intensitas yang
semakin besar dari waktu ke waktu sehingga akan terjadi penurunan timbunan air
tanah.
Air tanah merupakan sumber air bersih untuk
keperluan manusia maupun hewan, juga tumbuh-tumbuhan. Air tanah terdapat pada
formasi geologi yang lolos air (permeable) di atas lapisan kedap air
(impermeable) atau di antara dua lapisan kedap air.
Pengambilan air yang dilakukan untuk kebutuhan kita
sehari-hari dan juga untuk kebutuhan industri jauh lebih besar dari pada air
yang berinfiltrasi menjadi air tanah karena sulitnya air hujan masuk ke dalam
bumi. Infiltrasi sulit karena permukaan tanah yang ada di atasnya sudah ditutup
oleh bangunan pemukiman, jalan raya, dan juga pabrik-pabrik berskala besar. Untuk
itu pada areal pemukiman, pabrik, dan juga infra struktur yang demikian ini
sudah seharusnya dibuatkan sumur-sumur resapan atau embung sebagai pengganti
area resapan air yang dihilangkan.
Terjadinya deforestasi di Indonesia juga merupakan
penyumbang yang cukup besar bagi kerusakan lingkungan dan menyusutnya
persediaan air tanah. Mari kita lihat bersama, di Salatiga terdapat mata air
kalitaman yang saat ini debitnya sudah menurun, di Kab. Semarang ada mata air
Senjoyo yang menjadi andalan PDAM dan juga pertanian pun mangalami penurunan
debit air, tentu saja ini semua disebabkan tidak hanya karena kebutuhan semakin
besar tapi karena adanya berbagai macam perusakan lingkungan yang terjadi.
Terganggunya kesimbangan air tanah ini tidak hanya di
alami oleh kawasan yang jauh dari laut saja, bahkan di kawasan pantai justru
sangat riskan terjadi, pengambilan air tanah yang tanpa memperhitungkan besaran
kebutuhan akan berakibat terjadinya intrusi air laut. Faktor penyebab timbulnya
intrusi ini tidak lain adalah tidak adanya keseimbangan antara yang diambil
dari aqifer (sumber air) dengan air yang masuk.
Kita semua tahu bahwa kebutuhan akan air tidak akan
pernah berkurang bahkan cenderung meningkat, bahkan pada saat musim kemarau
kebutuhan akan air menjadi lebih besar dibandingkan apabila musim penghujan,
sedangkan ketersedian air ketika musim kemarau justru menipis bahkan di kawasan
tertentu habis.
Bagaimana memanfaatkan berlimpahnya air pada saat musim
penghujan, serta mengurangi datangnya banjir karena berlimpahnya air hujan yang
tak terbendung, dan mengatasi kekeringan yang terkadang mencapai pada status
krisis air pada musim kemarau?
Jawabnya adalah pembuatan sumur-sumur resapan dan juga
embung. Sumur resapan disamping merupakan salah satu alternatif untuk
mempertahankan tinggi muka air tanah. Juga dapat mengurangi resiko banjir pada
saat musim penghujan. Kita ambil contoh banjir yang sering terjadi di Jrakah
Semarang, banjir ini terjadi karena volume air yang turun dari kawasan di atasnya, misalnya jalan Siliwangi dan
beberapa daerah sekitarnya sangat besar, karena di kawasan ini sudah dibangun
area perumahan dan pertokoan dan merupakan kawanan bisnis yang cukup ramai,
sehingga terjadi penurunan area resapan air yang begitu besar. Tingginya curah
hujan dan minimnya area resapan berdampak pada mengalirnya air ke kawasan yang
lebih rendah, dan tentu saja banjir tidak bisa di elakan lagi. Semestinya kita
semua menyadari betapa pentingnya ketersediaan air tanah, kawasan yang bebas
banjir sebagaimana pentingnya kita memiliki rumah yang aman, nyaman dan bebas
dari banjir.
Seandainya kita semua menyadari pentingnya ketersediaan
air tanah, pentingnya masyarakat kita terbebas dari bajir dan kekurangan air
bersih pada saat musim kemarau, maka kita tidak akan segan untuk membuat satu
sumur resapan di sekitar rumah kita. Begitu juga pengembang perumahan, setiap
satu atau dua unit rumah dibangun maka dibuat juga satu sumur resapan, setiap
satu kawasan perumahan di bangun maka disediakan juga satu buah embung untuk
menampung air yang seharusnya meresap ke dalam tanah dan mencegah agar tidak
mengalir tanpa kendali kekawasan yang lebih rendah sehingga tercegah banjir
bandang. Apalagi kawasan yang mempunyai pemukiman yang cukup padat dan di
daerah pantai. Sementara itu pembuatan sumur resapan pada daerah pantai bertujuan
agar batas permukaan air tanah akan tertahan dan intrusi air laut tidak
terjadi. Di daerah pantai, sumur resapan bisa dibuat memanjang sejajar dengan
garis pantai dan ini merupakan benteng penahan intrusi air laut.
Bagaimana cara membuat sumur resapan? Tentu saja sangat
mudah, sederhana saja, dari beberapa literatur dan internet banyak tersedia
gambar dan cara membuat sumur resapan, berikut adalah salah satu contoh sumur
resapan yang kami dapatkan dari internet (padeblog.com)
Pengalaman kami justru jauh lebih sederhana dalam membuat
sumur (baca lubang) resapan air hujan, yaitu dengan cara membuat lubang dengan
kedalaman satu setengah meter, lebar satu meter dengan panjang dua setengah
meter, dengan hanya kami beri batu dilantai dasarnya.lubang tersebut kami
peruntukan menampung air hujan yang kami lairkan dari genting melalui talang
air. Apa yang yang kami dapatkan dari
pembuatan resapan sesederhana itu? Kami sekeluarga tinggal di daerah yang bila
musim kemarau datang, air sedikit sulit kami dapatkan, terlebih bila kemarau
cukup panjang. Tiga tahun terakhir ini setelah saya membuat “lubang” resapan,
persedian air sumur saya cukup membuat kami sekeluarga tenang.
Mari, kita beri bumi yang kita pijak air segar yang
dibutuhkannya, agar bumi akan terus bersahabat dangan manusia, dan hentikan
hanya memberi bumi “tinja” dari sia-sia makan dan minum kita. Sudah sepatutnya
kita semua menjadi sahabat bumi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar