Rabu, 16 Januari 2013

MENGATASI BANJIR JAKARTA

Terasa harus menyaksikan banjir mengepung ibu kota Jakarta, betul-betul mengharu biru, tapi sayang warganya cengeng dan sangat kelihatan manja, terus menuntut hak perhatian pemerintah, tapi tidak pernah menyadari betapa mereka juga sangat berperan membuat Jakarta menjadi lautan seperti itu. Sya yang pernah menjadi penduduk Jakarta selam 11 tahun sangat mengetahui betapa warga Jakarta memang sangat egois....
Menurut penilaian saya yang paling bersalah dalam banjir Jakarta adalah orang Jakarta sendiri, mari kita lihat:
  1. Masyarakat sangat sulit diatur, di larang membuang sampah di sungai tidak pernah mengindahkan, sangat sedikit yang memiliki kepedulian tentang ini, maka jangan hanya berkoar bahwa anda memiliki hak untuk di selamatkan dari tindakan ceroboh anda.
  2. Bantaran sungai yang seharusnya menjadi penahan ataupun apa namanya, kini sudah banyak berubah fungsi, menjadi perumahan kumuh sekaligus menjadi jalan pintas untuk membuang semua limbah rumah tangga ke dalam aliran sungai.
  3. Penggeda Jakarta (sebelum Jokowi) masih berpikir seperti anak2, memasukan air satu gentong ke dalam gelas kecil...... ya pasti meluber, dari dulu tidak pernah berfikir bahwa drainase harus lebar, besar dan dalam.
dari tiga point di atas, baru merupakan kesalahan warga Jakarta yang membuat Jakarta banjir secara lokal Jakarta, artinya bukan banjir karena semata-mata kiriman air dari Bogor dan kawasan puncak pada umumnya.

Maka kesalahan warga Jakarta yang ke 4 adalah, para cukong, para pemilik uang, dan para pejabat yang merusak kawasan puncak, dengan membangun hotel, villa dan semacamnya sehingga daerah resapan air betul2 menjadi sangat sedikit yang tidak lagi mampu menampung curah hujan yang tinggi, dan menghasilkan volume air yang mampu mengepung Jakarta dalam beberapa hari. Kawasan puncak adalah kawasan MAKSIAT (sebagian warga Jakarta ) ketika mereka melepaskan air syahwat di  hotel-hotel dan villa-villa di puncak, sehingga mengalir ke Jakarta dengan menyapu siapapun yang berada di dataran rendah.

Solusi untuk mengatasi banjir kiriman ini, belum pernah di dengungkan dengan TEGAS, pemerintah hanya memberikan himbauan untuk jangan mendirikan bangunan di kawasan Puncak.... tapi mana?..... hanya himbauan tanpa tindakan yang nyata, ini tidak akan pernah menyelesaikan masalah.
Didaerah luar Jakarta, saat ini sedang digalakan membuat resapan air, dengan tujuan agar air hujan dapat masuk ke bumi dan dapat menjadi air tanah sehingga dapat menjadi persedian air ketika musim kemarau. sperti apa yang sudah saya lakukan dengan mebuat lubang sedalam kira2 2 meter dengan panjang 2 meter dan lebar 2 meter mampu menampung air hujan yang turun melalu genting dan langsung saya masukan ke dalam lubang tersebut, ternyata hujan yang cukup deras, mampu ditampung dengan lubang yang hanya seluas dan sedalam itu. belum lagi embung-embung (semacam dam kecil) yang di buat oleh masyarak dengan bantuan dana dari pemerintah, ini mampu menahan air hujan yang mestinya masuk ke sungai dan terbuang percuma dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk persediaan pengairan ketika musim kemarau tiba.

Bisa kita bayangkan kalo pemerintah pusat dan daerah memerintahkan semua bangunan yang berdiri di kawasan puncak membuat resapan air, bisa di pastikan dapat mengurangi volume air yang masuk ke Jakarta, berapapun tingginya curah hujan, villa yang sudah terlanjur di bangun harus membuat penampungan air hujan yang turun jangan sampai mengalir keluar dari kawasan villa, kemudian masuk ke drainase dan dialirkan ke sungai terus melaju ke Jakarta, melainkan semua air hujan yang turun di masukan ke dalam resapan yang disiapkan, ke dalam lubang2 yang besar yang sudah dibuat. ini merupakan tanggung jawab pemilik villa yang telah menghilangkan kawasan resapan air. termasuk penduduk juga diminta untuk memiliki kesadaran betapa pentingnya kita menyimpan air di dalam tanah, karena bagaimanpun kita selalu membutuhkan air, jangan biarkan tanah kita kehabisan air karena tidak ada lagi air hujan yang mampu menembus ke dalam bumi, karena semua sudah menjadi beton dan aspal, kasihan anak dan cucu kita kalo kita tidak siapkan dari sekarang.
 (gambar di ambil dari http://bebasbanjir2025.wordpress.com/teknologi-pengendalian-banjir/embung/)
Disamping itu, pemerintah daerah juga berkewajiban membuat embung-embung kecil yang mampu atau setidaknya mengurangi volume air yang akan melaju ke Jakarta. Karena Jakarta kawasanya sudah terlanjur rusak, tidak ada lagi tanah yang dapat di masuki air, semua sudah berupa beton dan aspal, tidak mungkin. Meskipun gubernur merencanakan membuat drainase yang lebar dan dalam, seperti malaysia, tapi bila mana air dari puncak dan Bogor tidak terbendung, ditambah lagi air dari Jakarta sendiri juga tidak akan menyelesaikan masalah. kemudian juga diupayakan membangun dam-dam disepanjang sungai yang akan masuk ke Jakarta, sehingga akan mampu mengurangi volume air yang ke Jakarta, baru setelah itu semua dilakukan, giliran Jakarta berbeneh dengan sungguh-sungguh. dengan demikian Insya Alloh banjir yang selalu melumpuhkan Jakarta akan bisa teratasi. Jangan kalah sama orang-orang kampung yang dapat menahan laju liarnya air hujan, menjadi bermanfaat dan menjadi tabunga air untuk hari kemudian.

Kalo ini bisa dilakukan, disamping kawasan puncak akan semakin kaya persedian air tanah, juga mampu menolong warga Jakarta dari petaka TETAP dan RUTIN BANJIR......
Jangan seperti Marzuki Ali yang akan memindahkan ibu kota keluar Jakarta untuk mengatasi banjir, ini justru akan semakin cepat menenggelamkan Jakarta, karena tidak mungkin pemerintah pusat bersedia menggelontorkan triliunan rupiah untuk mengatasi banjir Jakarta, kalo daerah ini bukan ibu kota negara.