Senin, 21 Mei 2012

HARI KEBANGKITAN NASIONAL YANG (TER) DILUPAKAN

Kebangkitan Nasional adalah Masa dimana Bangkitnya Rasa dan Semangat Persatuan, Kesatuan, dan Nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia, yang sebelumnya tidak pernah muncul selama penjajahan Belanda dan Jepang. Masa ini ditandai dengan dua peristiwa penting yaitu berdirinya Boedi Oetomo (20 Mei 1908) dan ikrar Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928). Rasa nasionalisme dan ingin merdeka muncul dari para pemuda yang terpelajar, mereka mampu membangkitkan semangat juang para pemuda yang lainnya yang masih di belenggu ketakutan perilaku feodal para penguasa pada saat itu.
Tokoh yang menjadi pelopor dalam kebangkitan ini adalah:
1.Sutomo
2.Ir. Soekarno
3.Dr. Tjipto Mangunkusumo
4.Raden Mas Soewardi Soerjaningrat yang kita kenal sebagai Ki Hajar Dewantara)
5.dr. Douwes Dekker
tentu masih banyk tokoh yang lainnya

Kita semua dapat menggambarkan betapa perjuangan para tokoh itu begitu gegap gempitanya, bagaikan letusan gunung anak krakatau yang meluluh lantahkan Jawa bagian barat, atau bagaikan banjir lahar dingin dari puncak Merapi yang meluluh lantahkan apapun yang di lewati dengan membawa material yang begitu banyak, air, pasir, bebatuan yang tidak hanya kecil tetapi batu-batu besarpun ikut dibawa untuk menghancurkan setiap yang di laluinya. Begitu hebatnya semangat perjuangan yang di dasari kecintaan pada negeri agar terbebas dari para penindas.

Kini, usia hari kebangkitan nasional sudah renta 104 tahun, tak ada gaung yang menghiasi hari ditetapkannya sebagai hari kebangkitan nasional, kecuali hanya upacara kecil sebagai simbol dan formalitas belaka. Yang PNS berpakain Korpri, atau yang guru berpakaian PGRI, atau bahkan di beberapa daerah tak ada makna sama sekali, kini para penggas negeri ini, para pejuang kemerdekaan tak lagi bisa menyaksikan semangat perjuangan para anak negeri, bahkan hanya sekedar memperingati pun tak lagi memiliki "GREGET".
Kenapa sih repot-repot minggu upacara bendera? Besok saja hari Senin sekalian......
Seandainya para penggagas negeri ini, para pejuang kemerdekaan, para tokoh kebangkita nasional juga memiliki sikap yang sama "MENYEPELEKAN" niscaya kita tidak akan menghirup udara kemerdekaan, kita tidak akan mampu hidup dalam kebebasan.

Kecintaan kita pada tanah air adalah CINTA SEMU, mengumpat dan memaki negeri ini adalah pekerjaan kita sehari-hari, tidak percaya pada kemampuan bangsa sudah menjadi jati diri, sementara berebut kekuasaan karena merasa paling mampu membawa negeri ini menjadi lebih baik menjadi tontonan sehari-hari, korupsi menjadi-jadi disetiap sudut negeri dan disemua birokrasi, kekejaman masyarakat juga bukan hal biasa untuk dilakukan meskipun hanya masalah sepele, tawuran para pelajar, pertempuran antar kesatuan, tawuran antar kampung, dan masih bnayk kengerian yang ditampilkan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Pendidikan yang diselenggarakan baik oleh pemerintah maupun dikelola masyarakat belum juga menghasilkan manusia-manusia yang memiliki semangat juang tinggi, bahkan sering kita melihat kontra produktif dari apa yang diharapkan dari tujuan pendidikan, peserta didik di jejali materi pendidikan untuk mengejar angka-angka, bukan mengejar kepribadian yang lebih baik, negera seakan punya hak penuh untuk mendapatkan hasil yang maksimal berupa angka-angka, bukan sikap dan perilaku, bukan karakter dan budaya luhur yang di harapkan, maka nilai kepribadian di sekolah bukanlah tujuan utama, struktur kurikulum di rombak total, Pendidikan Moral "TIDAK PENTING", digantikan dengan pengetahuan hukum ketataegaraan, pendidikan KARAKTER BANGSA hanya disisipkan disela pembelajaran, pendidikan agama hanya pelengkap saja, dan kita sudah memetik hasil dari itu semua, para pelajar frustasi mereka tawuran disana sini, saling menyakiti, tidak jujur, apatis, dekadensi, tidak hormat pada guru dan orang tua. dan yang lebih mengerikan lagi para pejabat produk pendidikan mereka cerdas tapi tidak memiliki budi pekerti, korupsi adalah kerjaan sehari-hari, para wakil rakyat juga lebih banyak yang tidak bisa diharapkan membawa perubahan ke arah yang lebih baik.

Birokrasi di pemerintahan juga birokrasi korup, kebijaka pendidikan juga tidak adil, pelayanan terhadap pendidik dan tenaga kependidikan juga tidak adil, ada pendidik yang menerima penghasilan sangat besar, tapi disisi lain ada pendidik yang masih harus tertatih-tatih menghidupi dirinya. Para penguasa sibuk menata dirinya untuk mempersiapkan dirinya agar mampu bertahan menduduki jabtan, maka tak ada gunanya PILKADA langsung, tidak ada manfaat kecuali kerusakan dan perselisihan yang di timbulkan, kita punya demokrasi sendiri yang berkarakter, yang bermoral, bukan demokrasi sebebas apa yang di kehendaki.

Memang, para kaum pelajar negeri ini yang menimba ilmu di negeri orang sangatlah banyak, tidak seperti tahun-tahun sulit sebelum kemerdekaan, tetapi para kaum pelajar ketika itu mampu membawa perubahan paradikma dan semangat juang yang tinggi, membawa ruh heroisme dalam jiwanya dan menularkan ruh-ruh kepahlawanan disetiap jiwa pemuda dan pemudi, tapi saat ini para pelajar yang pulang ke negeri ini setelah belajar dari luar negeri, mereka tidak membawa perubahan yang berarti kecuali sikap dan perilaku liberal, otak yanghanya berfikir kebendaan.

Betapa malang nasib Hari Kebangkita Nasional, engaku kini sudah (ter) dilupakan.

hanya sebuah catatan kecil.....

Selasa, 15 Mei 2012

KEIKHLASAN JANGAN JADI ALASAN

Kata Ikhlas merupakan suatu kata yang menunjukan terdapat ketulusan didalam hati kita, ikhlas memberi, menasehati, berteman, menolong dan sebagainya. Namun demikian kita tidak dapat mengukur keikhlasan orang lain ketika dia memberikan bantuan atau pertolongan bahkan mungkin kita sendiripun tidak dapat memberikan penilaian sampai sejauh mana keikhlasan yang kita perbuat. Karena sobjektifitas kita berbuat tetap saja muncul, entah di sengaja maupun tidak disengaja.
Saat ini sangat jarang orang berbuat dengan keikhlasan, ketulusan, rela lillahhita'ala, tanpa pamrih, pasti dibalik itu semua ada harapan yang tersebunyi meski sekecil apapun. Penilaian ikhlas yang mampu memberikan penilaian yang objektif tentu hanya Alloh saja, sang pemilik hati para makhluk, saat ini justru semakin banyak manusia berdalih dengan keikhlasan untuk tidak bebrbuat sesuatu karena dianggapnya percuma, kurang ikhlas, atau tidak ikhlas.
Keikhlasan, ketulusan menjadi pelindung, pelarian, tameng untuk tidak berbuat sesuatu, pelit, kikir, malas, dan sebagainya, semua berawal dari "ah dari pada tidak ikhlas mending, tidak, "PERCUMA" saja kata mereka, ini adalah salah besar, tidak akan pernah percuma segala sesuatu yang kita lakukan meskipun tidak "IKHLAS", meskipun tidak tulus, tidak rela, "TIDAK PERCUMA". Alloh pasti akan memberikan balasan yang begitu besar dari apapun yang kita lakukan meski tidak ikhlas. Contoh: Seseorang membutuhkan pertolongan yang sangat karena keluarganya sakit keras di RS, membutuhkan dana yang cukup besar, apa kita harus nyumbang dnegan keikhlasan saja, yah ikhlas saya 10.000, padahal seseorang tersebut membutuhkan dana yang besar, permasalah tidak akan selesai dengan kata ikhlas, membangun sebuah masjid, pastilah butuh dana yang sangat besar, apa kita akan bangun masjid dengan ikhlas? tidak akan pernah selesai, kita bangun masjid dengan uang yang banyak,
Siap dasar manusia memang egois, maunya menang sendiri, tamak, riya, sombong, karena dalam jiwa manusia ada nafsu, ada keinginan, untuk emngalahkan semua itu manusia harus bisa "memaksa" berbuat sesuatu untuk orang lain, meskipun tidak ikhlas paksa, paksa dan paksa. Langkah ini adalah untuk membangun dan mengarahkan nafsu yang ada dlam jiwa manusia menjadi lebih baik, Keihlasan membutuhkan proses belajar, sebagaimana peserta didik ddi tempa dan diproses oleh satuan pendidikan agar menjadi lebih baik dan berkepribadian dan berilmu. Begitupun jiwa manusia harus kita latih, kita presure, kita tekan, kita paksa untuk bisa berbuat ikhlas. 
Ikhlas dan tidak bukan masalah, Alloh pasti akan memberikan imbalan. dan Janji Alloh pastilah nyata adanya
Ada beberapa ciri keikhlasan yang telah dilakukan oleh seseorang antara lain:
  1. tidak mencari popularitas ketika beramal baik harta, benda maupun tenaga dan fikiran
  2. tidak mengharapkan pujian, sanjungan, karena pujian dan sanjungan yang di tujukan kepada kita hanya suatu sangkaan orang, yang belum tentu kebenarannya
  3. tidak mengharapkan balasan
  4. tidak menyimpan maksud tertentu ketika berbuat kecuali mengharapkan ridho alloh
  5. tidak memilih-milih objek ketika akan berbuat, (misalnya golongan)
Itu hanya sebagian kecil dari ciri orang ikhlas, mungkin masih banyak lagi ciri orang ikhlas......
Janganlah IKHLAS hanya dijadikan slogan, sementara perilaku korup dan tidak adil terus ditanamkan dalam jiwa kita.
Hanya Alloh yang maha mengetahu seluruh kebenaran......
hanya sebuah catatan kecil........  

Senin, 14 Mei 2012

REFLEKSI HARI PENDIDIKAN NASIONAL 2

Pendidikan adalah hak bagi segenap warga negara Indonesia, hal tersebut adalah jaminan Undang-2 terhadap seluruh warga negara Indonesia. Bertolak dari hal tersebut, maka secara hukum pemerintah harus menyediakan dan memfasilitasi seluruh keperluan yang berkaitan dengan pendidikan warga negaranya.

Seluruh komponen pendidik harus bersatu padu dalam meningkatkan pendidikan dan memberikan pelayanan pendidikan terhadap masyarakat secara keseluruhan, baik itu pemerintah maupun masyarakat.

Pada kenyataannya, pelaksanaan Pendidikan yang di kelola oleh masyrakat, atau peran serta masyarakat dalam upaya ikut berpartisipasi mengembangkan pendidikan di Indonesia terkadang masih kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah itu sendiri.
Seringkali kita menemui kenyataan yang terkadang membuat kita miris, mulai dari keadaan guru yang "kurang/belum" beruntung, sampai dengan keadaan fisik sekolah yang sangat memprihatinkan. Kita menyadari memang bahwa Pemerintah telah berupaya semaksimal mungkin dalam memberikan pelayanan pendidikan terhadap masyarakat, namun karena luasnya area negeri ini, dan belum meratanya sarana informasi dan komunikasi, infrastruktur yang berbeda antara wilayah satu dengan lainnya, belum lagi faktor geografi di negeri ini yang tentu sangat beragam, membuat upaya pemerintah banyak mengalami kendala dan hambatan.

Belum lagi soal kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan. Di tengah-tengah gegap gempitanya pemerintah meningkatkan kesejahteraan para pendidik, masih banyak sekali pendidik yang seperti "dilupakan", tengok saja misalnya para guru yang hingga saat ini masih bergaji Rp. 200.000,-, sebagai seorang pendidik yang berpendidikan sarjana dengan honor sebesar Rp. 200.000,- masih tetap dilakoni demi membantu masyarakat untuk dapat mengenyam pendidikan yang mereka butuhkan. Sementara itu di sisi lain pemerintah terus berupaya menggenjot pendapatan para pendidik yang dalam kenyataannya sudah mendapatkan berbagai tunjangan dan terus di upayakan mendapatkan pendapatan tambahan.  Terdapat kesenjangan ekonomi yang sangat jauh antara pendidik yang berstatus PNS dan pendidik yang berstatus swasta atau honorer utamanya sekolah-sekolah swasta kecil di luar perkotaan.
Ada pendidik yang nyambi "Pemulung, tukang ojek", dan pekerjaan-pekerjaan informal lainya untuk menunjang pendapatan demi memenuhi kebutuhan dan dapat menyekolahkan anaknya, tapi ada pula pendidik yang nyambi sebagai guru LES PRIVAT, tentu saja juga untuk mendapatkan tambahan penghasilan. Bagaimanapun keadaan pendidikan di negeri ini, mulai dari mutu (guru dan outputnya), sarana dan prasarana, pendapatan pendidik dan tenaga kependidikan, serta yang lainnya, Pendidikan tetap harus berjalan, berlangsung terus menerus tidak boleh terputus......

hanya sebuah catatan kecil........



Minggu, 13 Mei 2012

PENDIDIKAN DAN LATIHAN (DIKLAT) KALAB KOMPUTER

Sebenarnya apa yang dimaksud dengan diklat itu? secara awam dalam pikiran saya diklat adalah suatu proses pendidikan dan latihan singkat untuk mencapai suatu keterampilan tertentu atau kompetensi tertentu. Ino logika awal saya ketika mengartikan kata DIKLAT. 
Ternyata saya tidak terlalu jauh berbeda mengartikan kata DIKLAT, karena menurut Peraturan Pemerintah nomor 101 Tahun 2000 dinyatakan bahwa Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut Diklat adalah proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan Pegawai Negeri Sipil.Tujuan diklat diantaranya adalah meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap agar dapat melaksanakan tugas pekerjaan, baik yang bersifat umum pemerintahan maupun pembangunan, yang berorientasi pada pelayanan, pengayoman, dan pengembangan partisipasi masyarakat. Tapi dalam PP tersebut terlalu sempit karena hanya untuk PNS saja, padahal kenyataanya DIKLAT diselenggarakan oleh siapa saja, dan pesertanya pun juga tidak hanya PNS.


Pada bulan Mei ini, Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) TIK SMP Kab. Semarang menyelenggarakan DIKLAT tentang Kepala Laboratorium Komputer bagi para guru TIK SMP/MTs di Kabupaten Semarang.  Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan dan kompetensi pada peserta tentang kemampuan individu dalam mengelola suatu laboratorium komputer baik secara Managerial maupun teknik.


Dasar Pemikiran:

  1. Memberikan kompetensi tentang Pengelolaan Laboratorium Komputer secara teknik
  2. Memberikan kompetensi tentang Pengelolaan Laboratorium Komputer secara Managerial (menyangkut kepemimpinan karena peserta di proyeksikan memiliki kemampuan sebagai seorang kepala laboratorium)
  3. Dalam beberapa kasus untuk mengatasi kekurangan beban mengajar.
Dasar Pelaksanaan:
  1.  Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 tahun 2009 tentang Pemenuhan Beban Mengajar Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan
  2. Permendiknas Nomor 24 tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah
  3. Peraturan Pemerintah No. 16 tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
  4. Program Kerja Pengurus MGMP TIK SMP/MTs Kabupaten Semarang tahun  2012
Dari dasar pelaksanaan kegiatan tersebut, penyelenggara dalam hal ini pengurus MGMP TIK SMP Kabupaten Semarang mengharapkan dapat mencapai hasil yang optimal, karena Diklat ini tentu sangat berbeda dengan Diklat yang di selenggarakan oleh Lembaga 2 Diklat Pemerintah. Perbedaan yang ada diantaranya adalah bahwa kegiatan ini di biaya secara mandiri, sehingga peserta diklat disamping harus mengikuti juga mengeluarkan biaya, fasilitas yang serba terbatas, serta jadwal kegiatan yang padat karena harus mengambil waktu luang agar tidak menggangu tugas pokok sebagai seorang guru.

Dari kegiatan tersebut Pengurus MGMP TIK SMP Kabupaten Semarang sangat optimis dengan hasil yang didapatkan dari kegiatan tersebut, yaitu tercapainya kemampuan (managerial) karena dalam kegiatan tersebut peserta di tuntut mampu menyusun berbagai instrumen yang berkaitan dengan Pengelolaan Laboratorium Komputer secara lengkap dan dan hasil dari tugas tersebut di Re-view oleh dosen pembimbing yang akan di jadikan dasar mengeluarkan Sertifikat Kompetensi pengelolaan Laboratorium Komputer.  
Kenapa penekannya pada managerial ? tentu saja karena peserta adalah calon Kepala Laboratorium Komputer yang rata-rata adalah pengelola laboratorium komputer sekolah, disamping sudah memiliki latar belakang pendidikan Teknologi Informasi.  Namun demikian kegiatan juga memberikan materi teknik, untuk acuan pengelolaan secara lebih baik, misalnya tentang pengelolaan jaringan komputer, management bandwit, dan lain sebagainya. 


hanya sebuah catatan kecil........

Rabu, 02 Mei 2012

REFLEKSI PENDIDIKAN NASIONAL

Pada hari ini, 2 mei 2012, seperti biasanya bangsa ini memperingati satu hari yang begitu di anggap penting dalam sejarah bangsa, yaitu Hari Pendidikan Nasional.Jika kita mengingat tentang pendidikan secara sadar atau tidak sebenarnya ujung pikiran kita menuju satu sosok yang telah membukakan jalan untuk terciptanya suatu keadaan bahwa pendidikan adalah hak bagi semua warga negeri ini. Dialah Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, yang kita kenal Ki Hadjar Dewantara, adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia adalah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda. Ajaran yang beliau tinggalkan yang hingga saat ini masih digunakan bahwkan menjadi slogan negara dalam bidang pendidikan yaitu tut wuri handayani. Begitu tingginya penghargaan negeri ini untuk beliau sehingga tanggal kelahirannya di peringati setiap tahun sebagai hari Pendidikan Nasional, namanya juga di jadikan nama salah satu armada kapal perang RI yaitu KRI Ki Hajar Dewantoro, serta ada salah satu potretnya yang dijadikan gambar pada uang kertas pecahan Rp.20.000. Pada program TVE, nama Ki Hajar juga memiliki arti sendiri yaitu Kita Harus Belajar


Ajaran beliau yang sangat poluler di kalangan masyarakat yang hingga saat ini, selalu diucapkan pada berbagai kalangan, para pemimpin, para guru, para birokrat, para politisi, sering mengucapkan  Ing Ngarso Sun TulodoIng Madyo Mbangun KarsoTut Wuri Handayani. sederet kalimat itu memiliki makna yang sangat tinggi, yang pada intinya bahwa seorang pemimpin harus memiliki ketiga sifat tersebut agar dapat menjadi panutan bagi orang lain.



Sebenarnya ajaran beliau yang sudah menjadi slogan nasional adalah ajaran kepemimpinan. Mari kita telaah makna dari ajaran Ki Hajar Dewantoro

Ing Ngarso Sun Tulodo secara sederhana dapat kita artikan di depan memberi contoh (teladan). Ajaran yang hanya sepenggal kalimat ini, sebenarnya tidak hanya relevan pada para pendidik saja, tapi meliputi seluruh lapisan masyarakat, baik itu Politisi maupun para Birokrasi. Meskipun ajaran yang beliau berikan sangat sederhana dan mudah di mengerti, tapi sekian banyak para pemimpin di negeri ini tidak mampu menerjemahkan dalam tindak langkah yang terpuji. Korupsi, Arogansi, kesewenang-wenangan, tidak adil, tidak jujur, dan berbagai perilaku yang NORAK selalu di perlihatkan di muka umum tanpa rasa malu dan berdosa. Mereka bukannya memberikan contoh yang baik tetapi malah sebaliknya, kebaikan perilaku para pemimpin negeri ini hanya ketika shotting untuk iklan layanan masyarakat saja, selebihnya ........ gombal. "KATAKAN TIDAKKKKK PADA KORUPSI ........... TAPI JUSTRU  MEREKA ADALAH PEMBERI CONTOH KONGKRIT KORUPSI. Mereka adalah para PENGKHIANAT bangsa yang sudah layak menerima hukuman MATI atau di miskinkan selamanya.

Ing Madyo Mbangun Karso, secara sederhana dapat diartikan di tengah-tengahi harus dapat memberikan atau membangun prakarsa atau ide. Ini sangat penting mengingat prakarsa atau ide dapat menumbuh kembangkan berbagai temuan, berbagai hal baru yang baik. Kita dapat melihat tindakan yang dapat membangkitkan semangat kita untuk berkarya. Dalam dunia pendidikan apabila seorang guru mampu memberikan ide atau memancing munculnya ide atau gagasan dari siswa akan mampu mendorong para peserta didiknya berkarya dengan baik. Biasanya ide yang muncul justru bukan dari mata pelajaran yang di ujikan secara nasional, karena sementara ini mata pelajaran yang di ujikan secara nasional "HANYA" mengejar nilai atau angka belaka, bukan ide atau gagasan yang muncul tetapi justru rasa frustasi dan tidak percaya diri. Banyak siswa yang mampu berkembang dengan baik melalui mata pelajaran yang bukan Nasional bahkan hanya mata pelajaran muatan lokal, tetapi harus dihentikan langkahnya karena tidak mampu bicara pada mata pelajaran yang di ujikan secara nasional, jadi untuk sementara ini bolehlah sya berpendapat, Ratusan Trilyun biaya yang di keluarkan pemerintah untuk pendidikan hanya untuk mengejar NILAI.


Tut Wuri Handayani, kalimat ini dapat kita artikan secara sederhana dari belakang seorang pemimpin atau guru memberikan dorongan, semangat atau lebih tepatnya dapat memberikan motivasi, seorang pemimpin atau guru adalah seorang motivator.
Apakah ajaran yang beliau tinggalkan ini sudah di lakukan oleh para pemimpin negeri ini? tentu jawabnya ada yang sudah dan ada yang sama sekali tidak melakukan. Beberapa pemimpin memang sudah melakukan, tapi bila dicermati tentu masih banyak yang lebih mengedepankan AROGANSI, mumpung berkuasa, mumpung punya pengaruh, dalam tataran lebih sempit para guru juga MUMPUNG menjadi GURU, karena sementara ini masih ada guru yang tidak mampu membangkitkan motivasi di kalangan siswa, sehingga yang tercipta justru bukan semangat karena motivasi tapi PERILAKU FRUSTASI, tawuran suporter sepak bola, adalah wujud dari frustasi yang terbangun karena kurangnya perilaku teladan dan motivasi dari para pemimpin, tawuran pelajar dan mahasiswa, adalah bentuk kongkrit ketidak mampuan guru dan dosen memotivasi para pelajar dan mahasiswa untuk berperilaku yang terpuji. 
Dalam kasus tawuran pelajar dan mahasiswa ini, seharusnya pemerintah me-review kebijakan pendidikan yang di terapkan di sekolah-sekolah umum. karena pada umumnya pelaku tawuran pelajar dan mahasiswa dilakukan oleh para pelajar dan mahasiswa yang kurang dalam pendidikan akhlaq dan kepribadiannya, kurang pendidikan dan pengamalan agama, (sangat jarang terjadi ada pelajar dari lembaga pendidikan keagamaan, semisal Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, atau pesantren). melakukan tawuran antar sesama, saling menyakiti dengan berbagai senjata, melukan tindakan destruktif, merusak dan sebagainya. 
Pada era ORDE BARU ada pendidikan Moral Pancasila, ada penataran P4, semua di berangus begitu saja oleh para tokoh yang mengaku Reformis, PMP (Pendidikan Moral Pancasila) di ganti dengan PKn (Pendidikan Kewarganegaraan) yang lebih cenderung pada ilmu pemerintahan dan ketatanegaraan, baru beberapa saat di terapkan kita sudah dapat memetik hasilnya, yaitu para pelajar yang tidak tahu menghormati guru dan orang tua, para siswa yang berfikir materialistik, para siswa yang berperilaku brutal, saling menyakiti dengan berbagai alat, para siswa yang tidak isa berperilaku jujur, para siswa yang tidak punya motivasi yang baik, Tentu kita semua tahu kalau mereka sudah menjadi pemimpin, kualitasnya seperti apa.
Wallohua'alam bi sowab.... (hanya sebuah catatan)