Senin, 21 Mei 2012

HARI KEBANGKITAN NASIONAL YANG (TER) DILUPAKAN

Kebangkitan Nasional adalah Masa dimana Bangkitnya Rasa dan Semangat Persatuan, Kesatuan, dan Nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia, yang sebelumnya tidak pernah muncul selama penjajahan Belanda dan Jepang. Masa ini ditandai dengan dua peristiwa penting yaitu berdirinya Boedi Oetomo (20 Mei 1908) dan ikrar Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928). Rasa nasionalisme dan ingin merdeka muncul dari para pemuda yang terpelajar, mereka mampu membangkitkan semangat juang para pemuda yang lainnya yang masih di belenggu ketakutan perilaku feodal para penguasa pada saat itu.
Tokoh yang menjadi pelopor dalam kebangkitan ini adalah:
1.Sutomo
2.Ir. Soekarno
3.Dr. Tjipto Mangunkusumo
4.Raden Mas Soewardi Soerjaningrat yang kita kenal sebagai Ki Hajar Dewantara)
5.dr. Douwes Dekker
tentu masih banyk tokoh yang lainnya

Kita semua dapat menggambarkan betapa perjuangan para tokoh itu begitu gegap gempitanya, bagaikan letusan gunung anak krakatau yang meluluh lantahkan Jawa bagian barat, atau bagaikan banjir lahar dingin dari puncak Merapi yang meluluh lantahkan apapun yang di lewati dengan membawa material yang begitu banyak, air, pasir, bebatuan yang tidak hanya kecil tetapi batu-batu besarpun ikut dibawa untuk menghancurkan setiap yang di laluinya. Begitu hebatnya semangat perjuangan yang di dasari kecintaan pada negeri agar terbebas dari para penindas.

Kini, usia hari kebangkitan nasional sudah renta 104 tahun, tak ada gaung yang menghiasi hari ditetapkannya sebagai hari kebangkitan nasional, kecuali hanya upacara kecil sebagai simbol dan formalitas belaka. Yang PNS berpakain Korpri, atau yang guru berpakaian PGRI, atau bahkan di beberapa daerah tak ada makna sama sekali, kini para penggas negeri ini, para pejuang kemerdekaan tak lagi bisa menyaksikan semangat perjuangan para anak negeri, bahkan hanya sekedar memperingati pun tak lagi memiliki "GREGET".
Kenapa sih repot-repot minggu upacara bendera? Besok saja hari Senin sekalian......
Seandainya para penggagas negeri ini, para pejuang kemerdekaan, para tokoh kebangkita nasional juga memiliki sikap yang sama "MENYEPELEKAN" niscaya kita tidak akan menghirup udara kemerdekaan, kita tidak akan mampu hidup dalam kebebasan.

Kecintaan kita pada tanah air adalah CINTA SEMU, mengumpat dan memaki negeri ini adalah pekerjaan kita sehari-hari, tidak percaya pada kemampuan bangsa sudah menjadi jati diri, sementara berebut kekuasaan karena merasa paling mampu membawa negeri ini menjadi lebih baik menjadi tontonan sehari-hari, korupsi menjadi-jadi disetiap sudut negeri dan disemua birokrasi, kekejaman masyarakat juga bukan hal biasa untuk dilakukan meskipun hanya masalah sepele, tawuran para pelajar, pertempuran antar kesatuan, tawuran antar kampung, dan masih bnayk kengerian yang ditampilkan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Pendidikan yang diselenggarakan baik oleh pemerintah maupun dikelola masyarakat belum juga menghasilkan manusia-manusia yang memiliki semangat juang tinggi, bahkan sering kita melihat kontra produktif dari apa yang diharapkan dari tujuan pendidikan, peserta didik di jejali materi pendidikan untuk mengejar angka-angka, bukan mengejar kepribadian yang lebih baik, negera seakan punya hak penuh untuk mendapatkan hasil yang maksimal berupa angka-angka, bukan sikap dan perilaku, bukan karakter dan budaya luhur yang di harapkan, maka nilai kepribadian di sekolah bukanlah tujuan utama, struktur kurikulum di rombak total, Pendidikan Moral "TIDAK PENTING", digantikan dengan pengetahuan hukum ketataegaraan, pendidikan KARAKTER BANGSA hanya disisipkan disela pembelajaran, pendidikan agama hanya pelengkap saja, dan kita sudah memetik hasil dari itu semua, para pelajar frustasi mereka tawuran disana sini, saling menyakiti, tidak jujur, apatis, dekadensi, tidak hormat pada guru dan orang tua. dan yang lebih mengerikan lagi para pejabat produk pendidikan mereka cerdas tapi tidak memiliki budi pekerti, korupsi adalah kerjaan sehari-hari, para wakil rakyat juga lebih banyak yang tidak bisa diharapkan membawa perubahan ke arah yang lebih baik.

Birokrasi di pemerintahan juga birokrasi korup, kebijaka pendidikan juga tidak adil, pelayanan terhadap pendidik dan tenaga kependidikan juga tidak adil, ada pendidik yang menerima penghasilan sangat besar, tapi disisi lain ada pendidik yang masih harus tertatih-tatih menghidupi dirinya. Para penguasa sibuk menata dirinya untuk mempersiapkan dirinya agar mampu bertahan menduduki jabtan, maka tak ada gunanya PILKADA langsung, tidak ada manfaat kecuali kerusakan dan perselisihan yang di timbulkan, kita punya demokrasi sendiri yang berkarakter, yang bermoral, bukan demokrasi sebebas apa yang di kehendaki.

Memang, para kaum pelajar negeri ini yang menimba ilmu di negeri orang sangatlah banyak, tidak seperti tahun-tahun sulit sebelum kemerdekaan, tetapi para kaum pelajar ketika itu mampu membawa perubahan paradikma dan semangat juang yang tinggi, membawa ruh heroisme dalam jiwanya dan menularkan ruh-ruh kepahlawanan disetiap jiwa pemuda dan pemudi, tapi saat ini para pelajar yang pulang ke negeri ini setelah belajar dari luar negeri, mereka tidak membawa perubahan yang berarti kecuali sikap dan perilaku liberal, otak yanghanya berfikir kebendaan.

Betapa malang nasib Hari Kebangkita Nasional, engaku kini sudah (ter) dilupakan.

hanya sebuah catatan kecil.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar