Sabtu, 29 Januari 2011

PILKADA ATAU MERUSAK NEGARA

Saya sangat setuju dengan kalimat mari kita junjung demokrasi setinggi tingginya. sepakat sekali, tapi demokrasi belum tentu baik diterapkan di segala sendi kehidupan (khususnya) di Indonesia ini.

Adalah PILKDA, pemilihan kepala daerah secara langsung baik itu Gubernur maupun Bupati/wali kota. untuk urusan yang satu ini sejak awal di cetuskan sampai hari ini saya belum melihat sisi baiknya, kecuali hanya penghamburan dana yang seharusnya untuk kepentingan rakyat banyak justru digunakan untuk (pesta) demokrasi, memilih kepala daerah yang belum tentu memiliki kompentesi yang baik, yang belum tentu memiliki ilmu yang memadai, yang belum tentu bisa menjalankan roda pemerintahan daerah dengan benar.

Bahkan, beberapa kasus justru setelah menjabat mereka segera masuk ke penjara karena korupsi, banyak sekali contohnya, baik itu gubernur, bupati maupun wali kota. Ini dapat di mengerti mengapa mereka melakukan korupsi, secara gampang saja kalo rakyat jelata seperti saya berpikir, ketika gubernur, bupati, atau wali kota akan mencalonkan diri untuk di pilih rakyat, berapa modal yang harus mereka keluarkan, wah..... pasti gila gilaan.... untuk tingkat bupati/wali kota saya yakin (tapi saya ga punya data lo) puluhan bahkan ratusan milyar, apalagi utuk tingkat yang lebih tinggi.

Nah ibarat orang dagang, modal yang di keluarkan harus dapat kembali sukur-sukur untung, mana ada pedagang mau rugi,.... gila kali. Jalan untuk menarik lagi modal yang pernah di keluarkan tentu ga pernah bisa tertutupi dengan gaji yang diterima selama menjabat, la terus dari mana?..... hehehehe...... mudah-mudahan bukan korupsi.

Demokrasi sih demokrasi, tapi bagaimana kalo justru menjadi seperti ini? apa benar pimpinan daerah harus di pilih langsung oleh rakyat?
saya sangat yakin seyakin yakinya, para pemimpin daerah akanlebih baik kalo mereka adalah tunjukan pmerintah pusat, karena pemerintah pasti sudah tahu track record yang akan di jadikan pemimpin daerah, bukan membeli kucing dalam karung. Pemimpin daerah yang di pilih secara langsung, yang penting punya uang brkarung-karung untuk bertarung memenangkan pilihan dan setelah itu .....

Baju demokrasi dari negeri barat belum tentu pas dan nyaman di pakai di negeri ini, biarkan baju mereka di pakai oleh mereka, kita nanti saja, rakyat tidak harus selalu mengongkosi pemilihan umum, bayangkan saja pesta demokrasi yang tidak pernah ada hentinya. mulai dari pemilihan anggota dpr, mpr, presiden, gubernur, bupati/wali kota, kepala desa (bagi pedesaan), kapan negara mengurus rakyat kalau hanya mengurus pilihan wakil rakyat, belum lagi dana rakyat yang di gunakan untuk melaksanakan hajat ini,..... ruarrrrrr biasa besarnya, singgungan sosial di akar ruput tidak kalah mengerikan lagi, saling mengejek, menghina, menyakiti, bahkan saling membunuh karena pesta demokrasi, jangan-jangan para pencetus demokrasi ala pilkada justru di tunggangi paham untuk memecah belah persatuan dan kesatuan kita, menghanyutkan rasa nasionalisme kita, melunturkan rasa kebangsaan kita. Perpecahan terjadi di mana-mana, pembakaran rumah-rumah penduduk, pembakaran kantor pemerintahan, pertempuran melawan aparat kepolisian, semua ini karena pesta demokrasi, semua ini karena pilkada,..........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar