Jumat, 21 Mei 2010

ORANG BERILMU

Sekolah merupakan salah satu tujuan orang untuk mencari ilmu, di sekolah inilah orang mendapatkan grade (tingkatan) keilmuaanya. Standar tentang tingkatan keilmuan seseorang ditentukan dengan kelas,..... mulai dari SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi.
Seseorang bisa dikatakan berilmu (berpendidikan) manakala telah menamatkan jenjang-jenjang sekolah tersebut. Orang pada umumnya tidak melihat secara kontekstual tentang kemampuan seseorang. Dia akan dikatakan berpendidikan tinggi (pandai) manakala sudah menyelesaikan kuliah. Nah terkadang disini terdapat kerancuan meskipun standarnya telah di tetapkan oleh pemerintah, kapan seseorang itu "lulus" dari suatu satuan pendidikan. Kerancuan mulai terjadi ketika diadakan ujian, baik itu tingkat sekolah maupun tingkat nasional. Bagaimana terjadi kerancuan? seorang guru (bahkan beberapa guru) akan merasa kasihan terhadap siswa tertentu yang kenyataannya tidak memiliki kompetensi yang memadai untuk tidak meluluskan. Rasa iba ini yang sebenarnya "mendlolimi" siswa, meskipun secara harfiah "menolong" untuk meluluskan, tapi hakekatnya adalah menipu, mendlolimi.
Bagaiman dengan guru yang "memberi" contekan ketika siswa melaksanakan ujian?...........
wah yang ini mah bukan guru,.......

Dari Abu Hurairah r.a., sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda, "Apabila anak Adam meninggal dunia, maka akan terputus amalnya kecuali tiga perkara: shadaqah jariyah (amal yang pahalanya selalu mengalir), ilmu yang bernamfaat, atau anak shaleh yang mendoakannya." (HR Muslim dan lainnya).

Apakah ilmu yang bermanfaat itu?
menurut hemat saya ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang didapatkan secara baik dan benar, ilmu yang diamalkan sesuai dengan ketentuan atau norma-norma yang berlaku, serta ilmu yang dapat membawa kebahagiaan pemiliknya baik di dunia maupun di akherat nanti. Suatu ilmu bila disampaikan secara baik (bukan hanya ilmu agama) ikhlas dan sabar akan membawa suatu kebaikan yang tidak pernah terputus meskipun pemilik ilmu tersebut telah tiada. Kebaikan akan terus bernaka pinak manakala murid yang pernah diajar menularkan ilmu kepada orang lainnya lagi, dan begitu seterusnya, maka kebaikan tidak akan pernah putus.

Allah telah berjanji dalam Al Qur'an :
"Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (al Mujaadillah 11)

Kalau hal tersebut kita bandingkan dengan pendidikan yang diselenggarakan di pesantren akan sangat jauh berbeda. Pesantren dalam menerapkan pembelajaran adalah secara langsung, tidak begitu mengenal tingkatan umur, karena memang ilmu tidak harus dicari ketika masih usia belajar. Ini tidak dikenal oleh pesantren, seseorang yang sudah cukup usia datang ke pesantren untuk belajar maka akan langsung diterima. Kemudian ditanyakan kemampuan keilmuaanya sampai dimana, ketika seseorang tersebut belum paham tentang sesuatupun, maka dia harus menjadi satu dengan santri yang berusia jauh di bawahnya.

al-'Asr

1. Dengan menyebut Asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Penyayang
2. Wal Asri
3. Sesungguhnya manusia selalu dalam kerugian
4. kecuali bagi mereka yang beriman dan beramal soleh dan selalu nasehat menasehati dalam hal kebaikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar